Pertanyaan tentang pilihan hidup


Sebenernya dari kecil Kita udah ditanya sama orang tua dan saudara terdekat tentang pilihan hidup
"kalo udah gede mau jadi apa ?"
"Cita-citanya apa?"
"Pacarnya siapa?"
"Kamu seneng nggak dibeliin mainan?"
Dan jawabnya enteng aja
"Jadi guru"
"Jadi dokter"
"Mau jadi kayak mamah papah"
"Pacar aku si Budi lalala"
"Seneeeng"
Dan jawaban Kita selalu disupport sama siapapun.
Seiring berjalannya waktu, semakin dewasa. bukan pertanyaannya yg semakin suliit. Bahkan sebenernya sama aja pertanyaannya
"Kerja dimana ?"
"Bahagia nggak ?"
"Jodohnya siapa ?"
"Udah punya anak berapa ?"
Tapi jawabannya yg akan sangat kompleks dan banyak orang yang akan ikut campur dan mempertanyakan tentang jawaban pilihan hidup mu.
"Ih itu kan gajinya kecil, lo bisa hidup dengan gaji segitu"
"Ih lo bisa bahagia begitu ?"
"Lo masih belom punya jodoh diumur segini, jangan lama-lama buruan deh"
"Lo mau aja lagi sama dia"
"Punya anak jangan ditunda-tunda harus disegerakan, Inget umur"
Mereka akan berkomentar seakan akan mereka itu bayarin listrik rumah kita, ngelahirin kita, biayain bertahun-tahun dihidup kita, nanggung dosa kita.
Apapun yang keluar dari mulut memang sedemikian mudahnya. Siapapun itu (bahkan saya sendiri)
Pertanyaan tentang pilihan hidup bakal terus menghantui selama masih hidup.
Jadi jangan jengah, lelah atau sakit hati.
Mereka hanya bertanya.
Tapi jika Ada komentar yang tidak sesuai dengan prinsip pilihan hidupmu, kamu perlu menyanggah komentarnya karena semua orang punya sudut pandangnya masing-masing.
Karena tidak pernah benar-benar ada orang yang paham dan menjalani diposisi yang kamu injaki sekarang.
Sabar. Sabar. Sabar.

Comments